Kamis, 25 November 2010

Tujuan Kelompok ?

Tujuan Kelompok
Tujuan Kelompok merupakan alah satu aspek dinamika. Tujuan kelompok
merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan tercapai oleh kelompok. Proses untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan berbagai usaha meskipun masih sering terlambat, karena kebutuhan dan tujuan setiap anggota berlainan satu sama lain, kebutuhan dan tujuan yang terucapkan sering berbeda dengan yang terasa dan tujuan yang diharapkan tidak selamanya sama.

a. Kebutuhan Dasar Individu
Maslow yang terkenal dengan konsep “Dynamic of Human Motivication” berpendapat bahwa motivation and its resultan behavior bersumber dari dalam untuk merespon kebutuhan manusia bervariasi dan tersusun secara hirarhis. Kebutuhan yang lebih tinggi hanya akan ada sebagai motivator dan tidak dapat terwujud bila kebutuhan jenjang di bawahnya belum terpenuhi. Perwujudan diri itulah yang merupakan kebutuhan manusia yang paling fundamental dan yang terpenting.

b. Minat Kelompok
Konsep kebutuhan dan minat sering dipakai secara simultan. Kebutuhan sifatnya lebih mendasar dan bertalian erat dengan motivasi manusia, sedangkan minat lebih dominan dan lebih konkrit. Minat bersumber dari pengalaman hidup seseorang. Pengalaman menunjukan bahwa kelompok kelompok yang lebih homogen minat dan nilai-nilainya lebih cepat berpartisipasi dari pada yang heterogen, karena yang homogen biasanya memiliki sikap-sikap yang sama.

c. Nilai-Nilai
Agar tujuan-tujuan yang ingin dicapai relevan dengan kepentingan anggota, maka kebutuhan dan tujuan hendaknya diseleksi menurut prioritas kebutuhan. Untuk menentukan dan menetapkan kebutuhan dan tujuan yang “mosturgent”, Rath dan kawankawan (Ingalls, 1973) mengajukan tujuh kriteria dalam mengadakan penilaiannya, yaitu :
1. Memilih secara bebas
2. Memilih dari sejumlah alternatif
3. Memilih setelah mempertimbangkan secara teliti mengenai konsekuensi alternatif
4. Menghargai dan menjunjung tinggi apa yang telah di putuskan atau dipilih.
5. Memperkuat dan mensahkan, artinya kita harus bangga terhadap apa yang telah dipilih
6. Melaksanakan apa yang telah ditetapkan
7. Mengulangi, artinya menerapkan kembali kriteria ini dalam situasi kehidupan yang sama dan dialami oleh anggota kelompok

sumber:

- http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20SEKOLAH/194505031971091%20-%20MUHAMMAD%20KOSIM%20SIRODJUDIN/&file=KONSEP%20KELOMPOKx.pdf

Motivasi Kelompok ?

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Motivasi didalam kelompok memberikan dampak positif yang akan berpengaruh pada diri individu. sehingga individu dapat lebih matang dan mempunyai perencanaan yang lebih baik dalam kehidupannya.

Sumber : http://herlianuari-cissy.blogspot.com/2010/10/motivasi-kelompok.html

Minggu, 21 November 2010

KOHESIVITAS DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK

Kohesivitas adalah sebuah kesatuan kelompok. Orang-orang yang bekerja dalam film Snow White merasa bahwa mereka merupakan orang-orang yang terbaik di dunia, dan mereka yakin mereka dapat meraih tujuannya. Mereka menggambarkan kelompok sebagai keluarga, tim, dan komunitas. Banyak teori-teori yang menjelaskan hal tersebut sebagai “belongingness” atau “we-ness”, yang merupakan esensi dari kohesivitas kelompok. Anggota-anggota dalam kelompok yang kohesif memberikan rasa kebersamaan yang tinggi kepada kelompoknya, dan mereka sadar bahwa terdapat persamaan antar anggota dalam kelompok. Individu dalam kelompok yang kohesif—dimana kohesivitas diartikan sebagai perasaan kuat dari sebuah keberadaan komunitas yang terintregasi – akan lebih efektif dalam kelompok, lebih bersemangat, dalam menghadapi masalah-masalah sosial maupun interpersonal.
Kohesivitas merupakan sebuah ketertarikan. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas sebagai sebuah ketertarikan personal (Lott & Lott, 1965). Pada level individu, anggota dalam kelompok yang kohesif saling menyukai satu sama lain. Contohnya, pada para pegawai di studio Disney, anggota-anggota kelompok tersebut menjadi teman dekat, dalam beberapa waktu kemudian mereka mendapatkan beberapa koneksi di luar kelompok mereka. Dalam level kelompok, anggota-anggota kelompok tertarik pada kelompok itu sendiri. Anggota kelompok mungkin bukan merupakan teman, tetapi mereka mempunyai pandangan positif terhadap kelompoknya.
Michael Hogg membedakan antara ketertarikan personal dan ketertarikan sosial. Jika antar anggota menyukai satu sama lain, maka disebut sebagai ketertarikan personal, bukan kohesivitas kelompok. Sedangkan, kohesivitas kelompok mengarah pada ketertarikan sosial, yaitu saling menyukai antar anggota dalam satu kelompok berdasar pada status sebagai anggota kelompok tersebut
Kohesivitas adalah teamwork. Banyak teori menyatakan bahwa kohesi harus dilakukan bersama dengan keinginan para anggotanya untuk bekerja sama mencapai tujuan. Sehingga, kelompok yang dikatakan kohesif ditandai dengan considerable interdependence of members, stabilitas antar anggota kelompok, perasaan bertanggung jawab dari hasil usaha kelompok, absent yang berkurang, dan tahan terhadap gangguan (Widmeyer, Brawley, & Carron, 1992).
Kohesivitas adalah multidimensional. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 6-1, dinamika kelompok yang berbeda telah mengkonsep kohesivitas dalam beberapa cara. Kenneth Dion yakin bahwa kohesivitas adalah konstruk multidimensional. Membentuk kekuatan sosial, rasa untuk bersatu, ketertarikan antar anggota dan kelompok itu sendiri, dan kemampuan kelompok untuk bekerja sebagai tim merupakan semua komponen dari kohesivitas, tetapi kelompok yang kohesif mungkin tidak memiliki seluruh (lengkap) kualitas ini. Sehingga, tidak ada kelompok yang benar-benar kohesif. Suatu kelompok mungkin menjadi kohesif karena anggotanya bekerja dengan baik dengan anggota lain, dan berbeda dengan kelompok lain yang menjadi kohesif karena setiap anggotanya memiliki rasa kebersamaan kelompok.

Referensi : http://dinkelpsiunair07.wordpress.com/2007/10/09/dinkel-kelompok-3-kohesivitas-dan-perkembangan-kelompok/

Pengertian Kohesifitas Kelompok

Sebuah kelompok, seperti makhluk hidup yang lain, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam satu kelompok mungkin dimulai dari sekumpulan orang asing yang tidak saling mengenal, tetapi seiring waktu, secara tiba-tiba kelompok tersebut memberikan sebuah kohesifitas sehingga anggota-anggotanya menjadi sebuah kelompok sosial yang erat.
Secara intuitif kita dapat membedakan antara kelompok yang kohesif dan kelompok yang tidak kohesif. Kelompok yang kohesif merupakan satu kesatuan. Anggota-anggotanya menikmati interaksi antar mereka, dan mereka tetap bersatu dan bertahan dalam waktu yang lama.
Kohesivitas adalah mengenai penyatuan kekuatan. Kebanyakan para sarjana mencari konsep tentang kohesifitas, kembali pada teori Kurt Lewin, Leon Festinger, dan kolega-kolega mereka di Research Center of Group Dynamics. Lewin, pada tahun 1943, menggunakan istilah cohesive untuk menggambarkan sebuah kekuatan yang menjaga kelompok agar tetap utuh dengan cara menjaga kesatuan anggota-aggotanya. Festinger mendefinisikan kohesivitas sebagai total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut (Festinger, Schachter, & Back, 1950, p.164).
Konsep ini menggambarkan konsep kohesivitas secara fisik, dimana didefinisikan sebagai kekuatan dari “daya tarik molekul” yang menjaga agar partikel-partikel tetap bersatu. Aplikasinya pada sebuah kelompok, kohesivitas adalah kekuatan dari pemersatu yang menghubungkan anggota kelompok secara individual dengan anggota yang lain dalam satu kelompok secara keseluruhan.

Referensi : http://dinkelpsiunair07.wordpress.com/2007/10/09/dinkel-kelompok-3-kohesivitas-dan-perkembangan-kelompok/

Manfaat Kohesifitas Kelompok

Mengutip tulisan dari Ibu Klara Inata,Spsi didalam Handout Psikologi Kelompok,
Apabila suatu Kelompok makin kohesif terdapat beberapa manfaat yang bisa didapatkan yaitu :
1. Tingkat kepuasan menjadi makin besar
2. Anggota menjadi merasa aman dan merasa terlindungi
3. Komunikasi antar kelompok menjadi lebih sehat, bebas, terbuka dan sering
4. Makin mudah terjadi konformitas

REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok

Alat Ukur dalam Kohesifitas Kelompok

Menurut tulisan Ibu Klara Inata,Spsi dalam Handout Psikologi Kelompok,
Terdapat tiga alat ukur untuk Kohesivitas Kelompok yaitu ..
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat yang memuaskan kebutuhan personalnya.

REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok

APA ITU KOHESIVITAS KELOMPOK ?

Mengutip tulisan dari Ibu Klara Inata,Spsi didalam Handout Psikologi Kelompok,
Terdapat Defenisi Kohesifitas Kelompok menurut Collin & Raven (1985) adalah suatu kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan mencegahnya untuk keluar meninggalkan kelompok.

REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok

Sabtu, 13 November 2010

Group Think

Selanjutnya, apa yang dimaksud dengan Groupthink?, Groupthink adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif dimana anggota – anggotanya berusaha mempertahankan konesesus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Gejala :
1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini.
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya mindguard
(i) Gate Keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok,
(ii) Dissent Containment : mengabaikan ide-ide mereka yang bertentangan dengan kesepakatan.
d. Persetujuan yang tampak
2. Ilusi dan Mispersepsi
a. Ilusi invulnerability : kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group – buas, jelek, dll.
d. Collective Rationalizing
Penyebab :
• Kohesi yang ekstrem
• Isolasi, Leadership, dan konflik decilisional
• Proses Polarisasi
Pencegahan :
1. Membatasi pencarian keputusan yang dini.
a. Meningkatkan open inquiry
b. Kepemimpinan yang efektif
c. Multiple group – subgroup
2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. Mengakui keterbatasan
b. Empati
c. Pertemuan ‘kesempatan kedua’
3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif
Tahap I : Kelompok harus berani menerima tantangan dengan memilih solusi yang mungkin yang terbaik.
Tahap II : Kelompok harus mencari alternative solusi dengan membuat daftar.
Tahap III : Evaluasi yang sistematik terhadap alternative – alternative pada tahap hasil yang disebut juga konsesusnya.
Tahap IV : Mengubah konesesus menjadi suatu keputusan.
Tahap V : Mematuhi keputusan yang telah diambil

Masalah - Masalah Dalam Kelompok

Mengutip tulisan dari Ibu Kiara Inata Arishanti dalam Handout Psikologi Kelompok, terdapat dua masalah yang terjadi dalam suatu kelompok yaitu ; Deindividuisasi dan Group Think, berikut saya coba jelaskan pengertiannya satu – persatu ..
Apa yang dimaksud dengan Deindividuisasi ? , Deindividuisasi adalah proses menghilangnya kesadaran individu karena melebur didalam suatu kelompok (pikiran kolektif).
PERSPEKTIF TEORITIS
1. Teori Perilaku Kolektif
Apa yang dimaksud dengan kolektif ?, kolektif adalah kumpulan individu yang lebih dari sekedar agregrat tapi juga bukan merupakan kelompok sebenarnya.

Tipe – tipe kolektif :
a. Social Agregrat : Collective Outburst (Riot, mobs, ect)
b. Collective Movement : Organisasi Politik, Kampanye Sosial, ect
Terdapat tiga teori yang melatarbelakangi teori perilaku kolektif, yaitu; Teori Konvergen, Teori Contangion dan Teori Emergent-Norm. berikut penjelasannya ..
a. Teori Konvergen : agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan den emosi situasi crowd memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
b. Teori Contangion (Penularan) : Emosi dapat ditansmisikan atau ‘ditularkan’ dari satu orang ke orang lain. Sehingga orang cenderung dapat berperilaku mirip dengan orang lain.
c. Teori Emergent Norm (Perkembangan Norma) : Teori gabungan antara teori Konvergen dan Teori Contangion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh pada norma yang relevan pada situasi tertentu.

2. Teori Deindividuasi
Kondisi
• Anonimity
• Responsibility
• Anggota Kelompok
• Arrousal
• Lain – lain (situasi baru, penggunaan obat)
Keadaan Terindividuiasasi
Lost of Self Awareness – Lost of Self Regulation
• Self Monitoring menurun
• Gagal memperhatikan norma – norma relevan
• Sedikit memakai penguat untuk mempertahankan diri.
• Gagal melakukan rencana jangka panjang
Perilaku Deindividuisasi
Emosi yang impulsive, irassional dan regresif dengan intesitas :
• Tidak dibawah kendali stimulus
• Melawan norma
• Kenikmatan meningkat
Apa saja penyebab Deindividuisasi ?, terdapat 4 penyebab yaitu ..
1. Rendahnya Indefiabilitas seseorang
2. Rasa keanggotaan dalam kelompok.
3. Ukuran kelompok – semakin besar, semakin mudah terindividuisasi
4. Kebangkitan personil – meningkatkan amarah.


REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok

Masalah - Masalah dalam keloi m