Selasa, 15 Februari 2011

Kenalan sama psikologi lingkungan, yuk !

Mengutip dari anneahhira.com, Psikologi lingkungan adalah ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam.
Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap dan mental manusia.
Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia untuk mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan.
Soedjatmoko, seorang ahli sosiologi, mengungkapkan harapannya untuk mengangkat mawas diri dari tingkat moralisme semata-mata ke tingkat pengertian psikologis dan historis dan mengenai perilaku manusia. Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, tempat orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.
Sementara Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka.
Sebagai contoh, lihat saja yang terjadi di zaman sekarang. Kini, banyak orang yang tinggal di dalam lingkungan baik dan religius, namun perilakunya sangat tidak mencerminkan lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun orang tersebut sangat kenal dengan moral yang baik, belum tentu orang tersebut akan berlaku baik. Karena ternyata lingkungan sosial di zaman sekarang tidak bisa membentuk pribadi seseorang.
Seseorang bisa saja tinggal dalam lingkungan pesantren yang selalu diajarkan akidah dan akhlak yang baik. Namun, sifat dasar manusia selalu penasaran dan ingin mencari kebenaran sendiri dengan mencari perbandingan sendiri.
Menurut saya hal ini makin memperjelas betapa besar pengaruhnya lingkungan sekitar dan rasa ingin tahu seseorang dengan kepribadiannya.
Sejarah Psikologi Lingkungan
Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan Field Theory (Teori Medan) yang merupakan salah satu langkah awal dari teori yang mempertimbangkan interaksi antara lingkungan dengan manusia. Lewin juga mengatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari kepribadian dan lingkungan, sehingga dapat diformulasikan menjadi :
T L= f(P.L)

TL = tingkah laku
f = fungsi
P = pribadi
L = lingkungan
Berdasarkan rumusan tersebut, Lewin mengajukan adanya kekuatan-kekuatan yang terjadi selama interaksi antara manusia dan lingkungan. Masing-masing komponen tersebut bergerak suatu kekuatan-kekuatan yang terjadi pada medan interaksi, yaitu daya tarik dan daya mendekat dan daya tolak dan daya menjauh.
Sebelum kita kenal istilah psikologi lingkungan yang sudah baku, semula Lewin memberikan istilah ekologi psikologi. Lalu pada tahun 1947, Roger Barker dan Herbert Wright memperkenalkan istilah setting perilaku untuk suatu unit ekologi kecil yang melingkupi perilaku manusia sehari-hari. Istilah psikologi arsitektur pertama kali diperkenalkan ketika diadakan konferensi pertama di Utah dan jurnal profesional pertama yang diterbitkan pada akhir tahun 1960-an banyak menggunakan istilah lingkungan dan perilaku. Baru pada tahun 1968, Harold Proshansky dan William Ittelson memperkenalkan program tingkat doktoral yang pertama dalam bidan psikologi lingkungan di CNUY (City University of New York) (Gifford, 1987).

Lingkup Psikologi Lingkungan
Selanjutnya, Sebenarnya Psikologi Lingkungan mempelajari tentang apa saja sih ?

Berdasarkan objek yang dipelajarinya, psikologi dapat dibedakan atas:
٭ Psikologi yang mempelajari manusia
٭ Psikologi yang mempelajari hewan.

Psikologi Manusia
Cakupan yang cukup luas, menyebabkan dilakukannya pengelompokkan dalam psikologi manusia.

Atas dasar tujuannya, dibedakan atas:
§ Psikologi Teoritis
§ Psikologi Praktis

Atas dasar objek yang dipelajarinya, dibedakan atas:
§ Psikologi Umum
§ Psikologi Khusus

Ambient Condition & Architectural Condition
Apa yang dimaksud dengan Ambient Condition dan Architectural Condition ?
Dalam hubungannya dengan lingkungan fisik Wrighstman dan Deaux (1981)
membedakan dua bentuk lualitas lingkungan yang meliputi :
1. Ambient Condition
Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti suara, cahaya, warna, kualitas udara, tempratur, dan kelembapan.
2. Architectural Condition
Yang tercakup di dalamnya adalah seting-seting yang bersifat permanen. Misalnya dalam suatu ruangan, yang termasuk di dalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap, serta pengaturan perabotan dan dekorasi.

Pengaruh Teknologi
Teknologi ternyata juga memiliki peranan yang cukup besar didalam perkembangan psikologi lingkungan.
Teknologi sekarang sudah sangat canggih. Alat telekomunikasi seperti internet dan telepon memberi pengaruh besar kepada pribadi seseorang. Sehingga orang yang tinggal di lingkungan pesantren bukan tidak mungkin berpandangan liberal dan kebarat-baratan. Ternyata, pengaruh dunia maya sangat besar dalam membentuk pribadi seseorang.
Pada masa sekarang ini, Indonesia sedang mengalami transformasi besar-besaran, baik akibat perubahan kondisional, seperti pertambahan jumlah penduduk yang luar biasa, maupun interaksi yang intensif antara kebudayaan asli dengan kebudayaan mancanegera, khususnya melalui jaringan telekomunikasi yang sangat canggih seperti, televisi dan internet. Perubahan penduduk yang pesat telah membawa dampak perubahan perilaku yang dahsyat. Semula,
komunitas primordial dapat memenuhi kebutuhan pokok anggota-anggotanya. Kini, pertambahan
penduduk yang pesat menghancurkan kepentingan komunitas tersebut.
Pertambahan penduduk ini juga berdampak pula pada pola-pola migrasi. Urbanisasi makin deras sehingga menimbulkan penumpukan penduduk di kota-kota. Penumpukan warga kota yang semakin padat menyebabkan lapangan pekerjaan semamikin menyempit. Hal ini akan menimbulkan kemiskinan.
Kemiskinan akan menyebabkan perilaku yang beringas di perkotaan dan meningkatnya tindak kriminalitas, seperti pencopetan, penodongan, dan tindak kekerasan lainnya. Perubahan perilaku yang deras juga terjadi akibat interaksi antara sistem kebudayaan yang berbeda-beda. Ambilah contoh perilaku masyarakat desa yang sudah pindah ke kota besar. Mereka cenderungmenjadi orang-orang yang hedonis, konsumtif dan kapitalis karena beranggapan bahwa sikap semacam itulah yang dinamakan sikap manusia modern.
Lingkungan kota sangat berbeda dengan lingkungan desa. Jika lingkungan kota adalah lingkungan pekerja yang dekat dengan teknologi canggih, seperti karyawan pabrik yang akrab dengan mesin mesin pabrik dengan teknologi tinggi atau karyawan kantor yang akrab dengan media komputer, sementara masyarakat desa akrab dengan lingkungan alam karena kebanyakan mereka bekerja sebagai petani.
Maka jelaslah secara perilaku akan jauh berbeda, meskipun tidak menutup kemungkinanmasyarakat desa pun sudah mengenal teknologi seperti internet sehingga pengaruh budaya luar dengan mudah masuk ke dalam “isme” mereka.
Sistem kebudayaan masyarakat kota itu sudah sangat terkontaminasi dengan pengaruh budaya asing sehingga perilaku masyarakat kota lebih individualis daripada masyarakat desa. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh interaksi, interelasi, dan interdepensi dari berbagai budaya yang membawa perubahan dari yang paling profan sampai yang paling sakral.
Interaksi ini terjadi pada hampir semua sektor kebudayaan, seperti ekonomi, sosial, politik, juga pada agama, filsafat, ilmu pengetahuan dan kesenian. Perubahan ini tidak bisa dianggap sebagai perubahan yang serasi, selaras dan seimbang, tetapi lebih berupa konflik.

Value Confusion (Kebingungan akan nilai)
Dari konflik inilah muncul apa yang disebut Value Confusion, ketika nilai-nilai yang berbeda bahkan bertentangan dianggap sama sahnya. Misalnya nilai rukun dan nilai kebebasan. Terkadang muncul pula suasana kosong nilai atau anomi, karena tak ada lagi nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan.
Mencermati hal di atas maka perilaku masyarakat kota itu cenderung lebih bebas karena sudah tidak mengindahkan nilai-nilai yang ada. Mungkin dapat dikatakan bahwa perilaku masyarakat kota itu lebih tidak bermoral daripada masyarat desa.

REFERENSI
1. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/pengantar-psikologi-lingkungan/
2. http://www.anneahira.com/psikologi-lingkungan.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar