Kepemimpinan adalah suatu fungsi, tindakan, atau peran yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama dalam upaya mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Macam-macam Pemimpin:
* Born Leader
* Appointed Leader
* Assigned Leader
* Trained Leader
* Situational Leader
Jenis kekuasaan :
1. 1. Kekuasaan Legal: Hak pemimpin menurut Hukum untuk Membuat permintaan/tuntutan tertentu
2. 2. Kekuasaan Imbalan: Pengendalian pemimpin atas imbalan kepada bawahan
3. 3. Kekuasaan Memaksa: Pengendalian pemimpin atas hukuman
4. 4. Kekuasaan Keahlian: Kompetensi pemimpin sesuai tugas
5. 5. Kekuasaan Wibawa: Loyalitas bawahan &keinginan menyenangkan pimpinan
(Leadership; Timpe A.Dale ‘91)
Relation between 2 actors
1. Instrumen pencapaian tujuan
2. Cara mengubah perilaku orang lain
3. Sumber kekuatan
4. Biaya
5.Kuantitas & kualitas kuasa
Macam-macam Teori kekuasaan
1. Field Theory of Power -> Resource
2. Exchange Theories of Power >Alternative
3. Rational choice theories > Choice
4. Behavioral Exchange theory> Reward & cost
5. Resistance theory > Coercion & conflict
Teori-teori sifat unggul pemimpin
* Inteligens
* Entusiasme
* Sifat Dominan
* Percaya Diri
* Partisipasi Sosial
* Equalitarianisme
* Sifat Fisik (badan besar, menarik, energik. Tampan, Cantik)
* Sifat Lain (memiliki taktik, kegembiraan, keadilan, disiplin, kemampuan mengerjakan banyak hal, kontrol diri)
Teori fungsional
* Melihat kepemimpinan sebagai seperangkat perilaku yang mungkin dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok untuk memaksimalkan keefektivitasan kelompok
* Perilaku kepemimpinan adalah perilaku yang membimbing, mempengaruhi dan mengarahkan ataupun mengontrol orang lain dalam kelompok
* Perilaku yang berorientasi tugas (Task Oriented) >> diarahkan pada penyelesaian tugas
* Perilaku berorientasi Hubungan (Relation Oriented) >> diarahkan pada pembentukan suasana interpersonal yang memuaskan dalam kelompok
Macam Perilaku Tugas
* INISIASI: Mengemukakan ide tentang prosedur & solusi masalah terlebih dahulu
* KOORDINASI: Perilaku komunikatif yang membantu menghubungkan berbagai komponen kegiatan kelompok dalam kesatuan kerja; Menelusuri hubungan di antara ide yang diberikan oleh setiapbawahan >>dipersatukan dalam rangkaian kegiatan kelompok yang mengarah kepencapaian tujuan.
* MERINGKAS: perilaku utk mengurangi kebimbangan kelompok dengan jalan menunjukkan segala seuatu yang terjadi dalam kelompok (usaha) yang dikelola (apa yang akan dicapai & masih perlu dikerjakan)
* ELABORASI: Perilaku yang menguraikan gagasan orang lain sehingga lebih mudah dipahami; Tidak menolak gagasan, tetapi menganalisis & memperjelas sehingga lebih tergambar aplikasinya.
Jenis Perilaku Hubungan
* MENGHILANGKAN KETEGANGAN: Perilaku menciptakan suasana akrab/santai tetapi terarah diantara anggota kelompok
* GATE KEEPER: Perilaku mengontrol hubungan antar-anggota kelompok dengan lingkungan luar; memerlukan keterbukaan pemimpin dalam mencari informasi, mengolah, memilih & menyalurkan informasi
* MENGGALAKKAN: Perilaku menumbuhkan motivasi, meningkatkan moral, harga diri, harapan lain anggota kelompok
* MEDIASI: Jika terjadi konflik/perselisihan antar-anggota kelompok >> pemimpin mampu menengahi dan mencarikan solusi
Teori Situasional
Mengikutsertakan seluruh hal, seperti perilaku kepemimpinan, gaya kepemimpinan & situasi. Gaya kepemimpinan adalah pola pemimpin ketika mempengaruhi orang lain (Hersey & Blanchard, 1978). One-Best Style: dalam suatu situasi tertentu suatu gaya kepemimpinan lebih efektif .
Macam-macam gaya kepemimpinan:
1. Otokratik: menggunakan kekuasaan untuk membuat keputusan
2. Demokratik: Kekuasaan terbagi & anggota kelompok turut membuat keputusan
3. Laissez-Faire: kekuasaan pasif & menyerahkan kelompok untuk membuat keputusan
4. Abdacratic: mengarah pada disintegrasi kelompok & biasanya diikuti dgn gaya kepemimpinan otoriter
* AUTOCRATIC = DEMOCRATIC
* AUTORITARIAN= EQUALITARIAN
* TASK ORIENTED= RELATION ORIENTED
* INITIATING= PERMISIVENESS
* SUPERVISORY= CONSIDERATE
Hasil-hasil study
* Kelompok dgn pemimpin Demokratik lebih puas & berfungsi secara teratur & positif
* Kelompok dgn pemimpin Autokratik mengalami insiden kegresivitasan yg lebih tinggi & lebih apatis
* Anggota dari kepemimpinan Demokratis lebih puas dari kelompok Laissez Faires.
* Mayoritas anggota kelompok lebih menghendaki pemimpin yg demokratis dari autokratik (walau ada juga yg lebih puas dgn kepemimpinan Autokratik)
* Kelompok-kelompok dgn kepemimpinan Autojratik lebih banyak meluangkan waktu dalam pekerjaan-pekerjaan produktif, hanya apabila ada pemimpin
Referensi : http://annisaavianti.wordpress.com/2010/06/10/kepemimpinan-dalam-kelompok/
Minggu, 26 Desember 2010
Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/oreganisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakn sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannyamenjadi instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa impan balik (feed Back) yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlansung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
c. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada.musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
e. Fungsi Pengedalian
Fungsi pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.
Pendapat lain tentang peran kepemimpinan adalah seperti yang diungkapkan oleh Emmett C Murphy (1998) dalam bukunya yang berjudul “IQ Kepemimpinan” yaitu bahwa peran kepemimpinan antara lain terbagi kedalam :
1. Pemilih
2. Penghubung
3. Pemecah Masalah
4. Evaluator
5. Negosiator
6. Penyembuh
7. Pelindund
8. The Synergizer
Fungsi-fungsi kepemimpinan yang hakiki menurut Sondang P Siagian (1994:47-48) adalah
* Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan,
* Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi,
* Pemimpin selaku komunikator yang efektif,
* Mediator yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik,
* Pemimpin selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Selaras dengan pendapat tersebut di atas, Kartini Kartono (1994: 81) mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah: Memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Dengan demikian, pemimpin pada era mendatang adalah orang dengan karakteristik tersebut, yang dapat memimpin juga menjadi pengikut, menjadi sentral dan marginal, menjadi hirarkial di atas dan di bawah, dan menjadi individualistis dan pemain tim. Pemimpin era mendatang adalah seseorang yang menciptakan suatu budaya atau sistem nilai yang berpusat pada prinsip-prinsip seperti pemberdayaan, kepercayaan, ketulusan, pelayanan, persamaan, keadilan, integritas, kejujuran, dan self evidence.
Harold Koontz dan Cyril O’Donnell dalam buku Princples of Management mengemukakan sifat-sifat kepemimpinan sebagai berikut :
1. Memiliki kecerdasan melebihi orang-orang yang dipimpin
2. Mempunyai pelatihan terhadap kepentingan yang menyeluruh
3. Memiliki kelancaran berbicara
4. matang dalam berpikir dan emosi
5. Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin
6. Memahami/menghayati kepentingan kerjasama.
Ordway Tead dalam buku The Art of Leadership, mengemukakan syarat kepemimpinan seperti dibawah ini:
1. Kuat Jasmaniah dan Rukhaniah
2. Besemangat untuk mencapai tujuan
3. Bergairah dala pekerjaan
4. Ramah-tamah
5. Jujur dapat dipercaya
6. Memiliki kemahiran teknis
7. Sangggup mengambil keputusan
8. Cerdas
9. Memiliki keahlian mengajar
10. Setia terhadap organisasi
Menurut Henry Fayol dalam karyanya yang berjudul: General Industrial management, mengemukakan syarat-syarat kepemimpinan seperti dibawah ini :
1. Sehat jasmaniah-rohaniah (energy)
2. Keseimbangan/ kemantapan perasaan (emosional stability)
3. Pengetahuan tentang hubungan kemanusiaan ( Knowlwdge of human relations)
4. Dorongan pribadi (personal motivation)
5. Kecakapan berkomunikasi/ berhubungan(communicative skill)
6. Kecakapan mengajar (teaching ability)
7. Kecakapan bergaul ( social skill)
8. Kemampuan teknis (tehnical competence)
DAFTAR PUSTAKA : http://fuadadman.com/?p=593
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakn sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannyamenjadi instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa impan balik (feed Back) yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlansung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
c. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada.musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
e. Fungsi Pengedalian
Fungsi pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.
Pendapat lain tentang peran kepemimpinan adalah seperti yang diungkapkan oleh Emmett C Murphy (1998) dalam bukunya yang berjudul “IQ Kepemimpinan” yaitu bahwa peran kepemimpinan antara lain terbagi kedalam :
1. Pemilih
2. Penghubung
3. Pemecah Masalah
4. Evaluator
5. Negosiator
6. Penyembuh
7. Pelindund
8. The Synergizer
Fungsi-fungsi kepemimpinan yang hakiki menurut Sondang P Siagian (1994:47-48) adalah
* Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan,
* Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi,
* Pemimpin selaku komunikator yang efektif,
* Mediator yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik,
* Pemimpin selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Selaras dengan pendapat tersebut di atas, Kartini Kartono (1994: 81) mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah: Memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Dengan demikian, pemimpin pada era mendatang adalah orang dengan karakteristik tersebut, yang dapat memimpin juga menjadi pengikut, menjadi sentral dan marginal, menjadi hirarkial di atas dan di bawah, dan menjadi individualistis dan pemain tim. Pemimpin era mendatang adalah seseorang yang menciptakan suatu budaya atau sistem nilai yang berpusat pada prinsip-prinsip seperti pemberdayaan, kepercayaan, ketulusan, pelayanan, persamaan, keadilan, integritas, kejujuran, dan self evidence.
Harold Koontz dan Cyril O’Donnell dalam buku Princples of Management mengemukakan sifat-sifat kepemimpinan sebagai berikut :
1. Memiliki kecerdasan melebihi orang-orang yang dipimpin
2. Mempunyai pelatihan terhadap kepentingan yang menyeluruh
3. Memiliki kelancaran berbicara
4. matang dalam berpikir dan emosi
5. Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin
6. Memahami/menghayati kepentingan kerjasama.
Ordway Tead dalam buku The Art of Leadership, mengemukakan syarat kepemimpinan seperti dibawah ini:
1. Kuat Jasmaniah dan Rukhaniah
2. Besemangat untuk mencapai tujuan
3. Bergairah dala pekerjaan
4. Ramah-tamah
5. Jujur dapat dipercaya
6. Memiliki kemahiran teknis
7. Sangggup mengambil keputusan
8. Cerdas
9. Memiliki keahlian mengajar
10. Setia terhadap organisasi
Menurut Henry Fayol dalam karyanya yang berjudul: General Industrial management, mengemukakan syarat-syarat kepemimpinan seperti dibawah ini :
1. Sehat jasmaniah-rohaniah (energy)
2. Keseimbangan/ kemantapan perasaan (emosional stability)
3. Pengetahuan tentang hubungan kemanusiaan ( Knowlwdge of human relations)
4. Dorongan pribadi (personal motivation)
5. Kecakapan berkomunikasi/ berhubungan(communicative skill)
6. Kecakapan mengajar (teaching ability)
7. Kecakapan bergaul ( social skill)
8. Kemampuan teknis (tehnical competence)
DAFTAR PUSTAKA : http://fuadadman.com/?p=593
Defenisi Kepemimpinan Kelompok
Kepemimpinan Kelompok adalah keinginan untuk mengambil peran sebagai pemimpin dalam suatu kelompok dan memastikan adanya kejelasan diantara anggota kelompok. Kepemimpinan Kelompok umumnya (tetapi tidak selalu) muncul dari posisi atau otoritas formal. Kelompok juga dapat diartikan secara luas sebagai kelompok apapun dimana seseorang mengambil peran sebagai pemimpin.
Referensi : http://indosdm.com/kamus-kompetensi-kepemimpinan-kelompok-team-leadership
Referensi : http://indosdm.com/kamus-kompetensi-kepemimpinan-kelompok-team-leadership
Ciri - Ciri Seorang Pemimpin
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
Kepemimpinan ?
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi.Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
Kamis, 25 November 2010
Tujuan Kelompok ?
Tujuan Kelompok
Tujuan Kelompok merupakan alah satu aspek dinamika. Tujuan kelompok
merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan tercapai oleh kelompok. Proses untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan berbagai usaha meskipun masih sering terlambat, karena kebutuhan dan tujuan setiap anggota berlainan satu sama lain, kebutuhan dan tujuan yang terucapkan sering berbeda dengan yang terasa dan tujuan yang diharapkan tidak selamanya sama.
a. Kebutuhan Dasar Individu
Maslow yang terkenal dengan konsep “Dynamic of Human Motivication” berpendapat bahwa motivation and its resultan behavior bersumber dari dalam untuk merespon kebutuhan manusia bervariasi dan tersusun secara hirarhis. Kebutuhan yang lebih tinggi hanya akan ada sebagai motivator dan tidak dapat terwujud bila kebutuhan jenjang di bawahnya belum terpenuhi. Perwujudan diri itulah yang merupakan kebutuhan manusia yang paling fundamental dan yang terpenting.
b. Minat Kelompok
Konsep kebutuhan dan minat sering dipakai secara simultan. Kebutuhan sifatnya lebih mendasar dan bertalian erat dengan motivasi manusia, sedangkan minat lebih dominan dan lebih konkrit. Minat bersumber dari pengalaman hidup seseorang. Pengalaman menunjukan bahwa kelompok kelompok yang lebih homogen minat dan nilai-nilainya lebih cepat berpartisipasi dari pada yang heterogen, karena yang homogen biasanya memiliki sikap-sikap yang sama.
c. Nilai-Nilai
Agar tujuan-tujuan yang ingin dicapai relevan dengan kepentingan anggota, maka kebutuhan dan tujuan hendaknya diseleksi menurut prioritas kebutuhan. Untuk menentukan dan menetapkan kebutuhan dan tujuan yang “mosturgent”, Rath dan kawankawan (Ingalls, 1973) mengajukan tujuh kriteria dalam mengadakan penilaiannya, yaitu :
1. Memilih secara bebas
2. Memilih dari sejumlah alternatif
3. Memilih setelah mempertimbangkan secara teliti mengenai konsekuensi alternatif
4. Menghargai dan menjunjung tinggi apa yang telah di putuskan atau dipilih.
5. Memperkuat dan mensahkan, artinya kita harus bangga terhadap apa yang telah dipilih
6. Melaksanakan apa yang telah ditetapkan
7. Mengulangi, artinya menerapkan kembali kriteria ini dalam situasi kehidupan yang sama dan dialami oleh anggota kelompok
sumber:
- http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20SEKOLAH/194505031971091%20-%20MUHAMMAD%20KOSIM%20SIRODJUDIN/&file=KONSEP%20KELOMPOKx.pdf
Tujuan Kelompok merupakan alah satu aspek dinamika. Tujuan kelompok
merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan tercapai oleh kelompok. Proses untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan berbagai usaha meskipun masih sering terlambat, karena kebutuhan dan tujuan setiap anggota berlainan satu sama lain, kebutuhan dan tujuan yang terucapkan sering berbeda dengan yang terasa dan tujuan yang diharapkan tidak selamanya sama.
a. Kebutuhan Dasar Individu
Maslow yang terkenal dengan konsep “Dynamic of Human Motivication” berpendapat bahwa motivation and its resultan behavior bersumber dari dalam untuk merespon kebutuhan manusia bervariasi dan tersusun secara hirarhis. Kebutuhan yang lebih tinggi hanya akan ada sebagai motivator dan tidak dapat terwujud bila kebutuhan jenjang di bawahnya belum terpenuhi. Perwujudan diri itulah yang merupakan kebutuhan manusia yang paling fundamental dan yang terpenting.
b. Minat Kelompok
Konsep kebutuhan dan minat sering dipakai secara simultan. Kebutuhan sifatnya lebih mendasar dan bertalian erat dengan motivasi manusia, sedangkan minat lebih dominan dan lebih konkrit. Minat bersumber dari pengalaman hidup seseorang. Pengalaman menunjukan bahwa kelompok kelompok yang lebih homogen minat dan nilai-nilainya lebih cepat berpartisipasi dari pada yang heterogen, karena yang homogen biasanya memiliki sikap-sikap yang sama.
c. Nilai-Nilai
Agar tujuan-tujuan yang ingin dicapai relevan dengan kepentingan anggota, maka kebutuhan dan tujuan hendaknya diseleksi menurut prioritas kebutuhan. Untuk menentukan dan menetapkan kebutuhan dan tujuan yang “mosturgent”, Rath dan kawankawan (Ingalls, 1973) mengajukan tujuh kriteria dalam mengadakan penilaiannya, yaitu :
1. Memilih secara bebas
2. Memilih dari sejumlah alternatif
3. Memilih setelah mempertimbangkan secara teliti mengenai konsekuensi alternatif
4. Menghargai dan menjunjung tinggi apa yang telah di putuskan atau dipilih.
5. Memperkuat dan mensahkan, artinya kita harus bangga terhadap apa yang telah dipilih
6. Melaksanakan apa yang telah ditetapkan
7. Mengulangi, artinya menerapkan kembali kriteria ini dalam situasi kehidupan yang sama dan dialami oleh anggota kelompok
sumber:
- http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20SEKOLAH/194505031971091%20-%20MUHAMMAD%20KOSIM%20SIRODJUDIN/&file=KONSEP%20KELOMPOKx.pdf
Motivasi Kelompok ?
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Motivasi didalam kelompok memberikan dampak positif yang akan berpengaruh pada diri individu. sehingga individu dapat lebih matang dan mempunyai perencanaan yang lebih baik dalam kehidupannya.
Sumber : http://herlianuari-cissy.blogspot.com/2010/10/motivasi-kelompok.html
Sumber : http://herlianuari-cissy.blogspot.com/2010/10/motivasi-kelompok.html
Minggu, 21 November 2010
KOHESIVITAS DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK
Kohesivitas adalah sebuah kesatuan kelompok. Orang-orang yang bekerja dalam film Snow White merasa bahwa mereka merupakan orang-orang yang terbaik di dunia, dan mereka yakin mereka dapat meraih tujuannya. Mereka menggambarkan kelompok sebagai keluarga, tim, dan komunitas. Banyak teori-teori yang menjelaskan hal tersebut sebagai “belongingness” atau “we-ness”, yang merupakan esensi dari kohesivitas kelompok. Anggota-anggota dalam kelompok yang kohesif memberikan rasa kebersamaan yang tinggi kepada kelompoknya, dan mereka sadar bahwa terdapat persamaan antar anggota dalam kelompok. Individu dalam kelompok yang kohesif—dimana kohesivitas diartikan sebagai perasaan kuat dari sebuah keberadaan komunitas yang terintregasi – akan lebih efektif dalam kelompok, lebih bersemangat, dalam menghadapi masalah-masalah sosial maupun interpersonal.
Kohesivitas merupakan sebuah ketertarikan. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas sebagai sebuah ketertarikan personal (Lott & Lott, 1965). Pada level individu, anggota dalam kelompok yang kohesif saling menyukai satu sama lain. Contohnya, pada para pegawai di studio Disney, anggota-anggota kelompok tersebut menjadi teman dekat, dalam beberapa waktu kemudian mereka mendapatkan beberapa koneksi di luar kelompok mereka. Dalam level kelompok, anggota-anggota kelompok tertarik pada kelompok itu sendiri. Anggota kelompok mungkin bukan merupakan teman, tetapi mereka mempunyai pandangan positif terhadap kelompoknya.
Michael Hogg membedakan antara ketertarikan personal dan ketertarikan sosial. Jika antar anggota menyukai satu sama lain, maka disebut sebagai ketertarikan personal, bukan kohesivitas kelompok. Sedangkan, kohesivitas kelompok mengarah pada ketertarikan sosial, yaitu saling menyukai antar anggota dalam satu kelompok berdasar pada status sebagai anggota kelompok tersebut
Kohesivitas adalah teamwork. Banyak teori menyatakan bahwa kohesi harus dilakukan bersama dengan keinginan para anggotanya untuk bekerja sama mencapai tujuan. Sehingga, kelompok yang dikatakan kohesif ditandai dengan considerable interdependence of members, stabilitas antar anggota kelompok, perasaan bertanggung jawab dari hasil usaha kelompok, absent yang berkurang, dan tahan terhadap gangguan (Widmeyer, Brawley, & Carron, 1992).
Kohesivitas adalah multidimensional. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 6-1, dinamika kelompok yang berbeda telah mengkonsep kohesivitas dalam beberapa cara. Kenneth Dion yakin bahwa kohesivitas adalah konstruk multidimensional. Membentuk kekuatan sosial, rasa untuk bersatu, ketertarikan antar anggota dan kelompok itu sendiri, dan kemampuan kelompok untuk bekerja sebagai tim merupakan semua komponen dari kohesivitas, tetapi kelompok yang kohesif mungkin tidak memiliki seluruh (lengkap) kualitas ini. Sehingga, tidak ada kelompok yang benar-benar kohesif. Suatu kelompok mungkin menjadi kohesif karena anggotanya bekerja dengan baik dengan anggota lain, dan berbeda dengan kelompok lain yang menjadi kohesif karena setiap anggotanya memiliki rasa kebersamaan kelompok.
Referensi : http://dinkelpsiunair07.wordpress.com/2007/10/09/dinkel-kelompok-3-kohesivitas-dan-perkembangan-kelompok/
Kohesivitas merupakan sebuah ketertarikan. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas sebagai sebuah ketertarikan personal (Lott & Lott, 1965). Pada level individu, anggota dalam kelompok yang kohesif saling menyukai satu sama lain. Contohnya, pada para pegawai di studio Disney, anggota-anggota kelompok tersebut menjadi teman dekat, dalam beberapa waktu kemudian mereka mendapatkan beberapa koneksi di luar kelompok mereka. Dalam level kelompok, anggota-anggota kelompok tertarik pada kelompok itu sendiri. Anggota kelompok mungkin bukan merupakan teman, tetapi mereka mempunyai pandangan positif terhadap kelompoknya.
Michael Hogg membedakan antara ketertarikan personal dan ketertarikan sosial. Jika antar anggota menyukai satu sama lain, maka disebut sebagai ketertarikan personal, bukan kohesivitas kelompok. Sedangkan, kohesivitas kelompok mengarah pada ketertarikan sosial, yaitu saling menyukai antar anggota dalam satu kelompok berdasar pada status sebagai anggota kelompok tersebut
Kohesivitas adalah teamwork. Banyak teori menyatakan bahwa kohesi harus dilakukan bersama dengan keinginan para anggotanya untuk bekerja sama mencapai tujuan. Sehingga, kelompok yang dikatakan kohesif ditandai dengan considerable interdependence of members, stabilitas antar anggota kelompok, perasaan bertanggung jawab dari hasil usaha kelompok, absent yang berkurang, dan tahan terhadap gangguan (Widmeyer, Brawley, & Carron, 1992).
Kohesivitas adalah multidimensional. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 6-1, dinamika kelompok yang berbeda telah mengkonsep kohesivitas dalam beberapa cara. Kenneth Dion yakin bahwa kohesivitas adalah konstruk multidimensional. Membentuk kekuatan sosial, rasa untuk bersatu, ketertarikan antar anggota dan kelompok itu sendiri, dan kemampuan kelompok untuk bekerja sebagai tim merupakan semua komponen dari kohesivitas, tetapi kelompok yang kohesif mungkin tidak memiliki seluruh (lengkap) kualitas ini. Sehingga, tidak ada kelompok yang benar-benar kohesif. Suatu kelompok mungkin menjadi kohesif karena anggotanya bekerja dengan baik dengan anggota lain, dan berbeda dengan kelompok lain yang menjadi kohesif karena setiap anggotanya memiliki rasa kebersamaan kelompok.
Referensi : http://dinkelpsiunair07.wordpress.com/2007/10/09/dinkel-kelompok-3-kohesivitas-dan-perkembangan-kelompok/
Pengertian Kohesifitas Kelompok
Sebuah kelompok, seperti makhluk hidup yang lain, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam satu kelompok mungkin dimulai dari sekumpulan orang asing yang tidak saling mengenal, tetapi seiring waktu, secara tiba-tiba kelompok tersebut memberikan sebuah kohesifitas sehingga anggota-anggotanya menjadi sebuah kelompok sosial yang erat.
Secara intuitif kita dapat membedakan antara kelompok yang kohesif dan kelompok yang tidak kohesif. Kelompok yang kohesif merupakan satu kesatuan. Anggota-anggotanya menikmati interaksi antar mereka, dan mereka tetap bersatu dan bertahan dalam waktu yang lama.
Kohesivitas adalah mengenai penyatuan kekuatan. Kebanyakan para sarjana mencari konsep tentang kohesifitas, kembali pada teori Kurt Lewin, Leon Festinger, dan kolega-kolega mereka di Research Center of Group Dynamics. Lewin, pada tahun 1943, menggunakan istilah cohesive untuk menggambarkan sebuah kekuatan yang menjaga kelompok agar tetap utuh dengan cara menjaga kesatuan anggota-aggotanya. Festinger mendefinisikan kohesivitas sebagai total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut (Festinger, Schachter, & Back, 1950, p.164).
Konsep ini menggambarkan konsep kohesivitas secara fisik, dimana didefinisikan sebagai kekuatan dari “daya tarik molekul” yang menjaga agar partikel-partikel tetap bersatu. Aplikasinya pada sebuah kelompok, kohesivitas adalah kekuatan dari pemersatu yang menghubungkan anggota kelompok secara individual dengan anggota yang lain dalam satu kelompok secara keseluruhan.
Referensi : http://dinkelpsiunair07.wordpress.com/2007/10/09/dinkel-kelompok-3-kohesivitas-dan-perkembangan-kelompok/
Secara intuitif kita dapat membedakan antara kelompok yang kohesif dan kelompok yang tidak kohesif. Kelompok yang kohesif merupakan satu kesatuan. Anggota-anggotanya menikmati interaksi antar mereka, dan mereka tetap bersatu dan bertahan dalam waktu yang lama.
Kohesivitas adalah mengenai penyatuan kekuatan. Kebanyakan para sarjana mencari konsep tentang kohesifitas, kembali pada teori Kurt Lewin, Leon Festinger, dan kolega-kolega mereka di Research Center of Group Dynamics. Lewin, pada tahun 1943, menggunakan istilah cohesive untuk menggambarkan sebuah kekuatan yang menjaga kelompok agar tetap utuh dengan cara menjaga kesatuan anggota-aggotanya. Festinger mendefinisikan kohesivitas sebagai total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut (Festinger, Schachter, & Back, 1950, p.164).
Konsep ini menggambarkan konsep kohesivitas secara fisik, dimana didefinisikan sebagai kekuatan dari “daya tarik molekul” yang menjaga agar partikel-partikel tetap bersatu. Aplikasinya pada sebuah kelompok, kohesivitas adalah kekuatan dari pemersatu yang menghubungkan anggota kelompok secara individual dengan anggota yang lain dalam satu kelompok secara keseluruhan.
Referensi : http://dinkelpsiunair07.wordpress.com/2007/10/09/dinkel-kelompok-3-kohesivitas-dan-perkembangan-kelompok/
Manfaat Kohesifitas Kelompok
Mengutip tulisan dari Ibu Klara Inata,Spsi didalam Handout Psikologi Kelompok,
Apabila suatu Kelompok makin kohesif terdapat beberapa manfaat yang bisa didapatkan yaitu :
1. Tingkat kepuasan menjadi makin besar
2. Anggota menjadi merasa aman dan merasa terlindungi
3. Komunikasi antar kelompok menjadi lebih sehat, bebas, terbuka dan sering
4. Makin mudah terjadi konformitas
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Apabila suatu Kelompok makin kohesif terdapat beberapa manfaat yang bisa didapatkan yaitu :
1. Tingkat kepuasan menjadi makin besar
2. Anggota menjadi merasa aman dan merasa terlindungi
3. Komunikasi antar kelompok menjadi lebih sehat, bebas, terbuka dan sering
4. Makin mudah terjadi konformitas
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Alat Ukur dalam Kohesifitas Kelompok
Menurut tulisan Ibu Klara Inata,Spsi dalam Handout Psikologi Kelompok,
Terdapat tiga alat ukur untuk Kohesivitas Kelompok yaitu ..
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat yang memuaskan kebutuhan personalnya.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Terdapat tiga alat ukur untuk Kohesivitas Kelompok yaitu ..
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat yang memuaskan kebutuhan personalnya.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
APA ITU KOHESIVITAS KELOMPOK ?
Mengutip tulisan dari Ibu Klara Inata,Spsi didalam Handout Psikologi Kelompok,
Terdapat Defenisi Kohesifitas Kelompok menurut Collin & Raven (1985) adalah suatu kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan mencegahnya untuk keluar meninggalkan kelompok.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Terdapat Defenisi Kohesifitas Kelompok menurut Collin & Raven (1985) adalah suatu kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan mencegahnya untuk keluar meninggalkan kelompok.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Sabtu, 13 November 2010
Group Think
Selanjutnya, apa yang dimaksud dengan Groupthink?, Groupthink adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif dimana anggota – anggotanya berusaha mempertahankan konesesus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Gejala :
1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini.
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya mindguard
(i) Gate Keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok,
(ii) Dissent Containment : mengabaikan ide-ide mereka yang bertentangan dengan kesepakatan.
d. Persetujuan yang tampak
2. Ilusi dan Mispersepsi
a. Ilusi invulnerability : kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group – buas, jelek, dll.
d. Collective Rationalizing
Penyebab :
• Kohesi yang ekstrem
• Isolasi, Leadership, dan konflik decilisional
• Proses Polarisasi
Pencegahan :
1. Membatasi pencarian keputusan yang dini.
a. Meningkatkan open inquiry
b. Kepemimpinan yang efektif
c. Multiple group – subgroup
2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. Mengakui keterbatasan
b. Empati
c. Pertemuan ‘kesempatan kedua’
3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif
Tahap I : Kelompok harus berani menerima tantangan dengan memilih solusi yang mungkin yang terbaik.
Tahap II : Kelompok harus mencari alternative solusi dengan membuat daftar.
Tahap III : Evaluasi yang sistematik terhadap alternative – alternative pada tahap hasil yang disebut juga konsesusnya.
Tahap IV : Mengubah konesesus menjadi suatu keputusan.
Tahap V : Mematuhi keputusan yang telah diambil
Gejala :
1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini.
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya mindguard
(i) Gate Keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok,
(ii) Dissent Containment : mengabaikan ide-ide mereka yang bertentangan dengan kesepakatan.
d. Persetujuan yang tampak
2. Ilusi dan Mispersepsi
a. Ilusi invulnerability : kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group – buas, jelek, dll.
d. Collective Rationalizing
Penyebab :
• Kohesi yang ekstrem
• Isolasi, Leadership, dan konflik decilisional
• Proses Polarisasi
Pencegahan :
1. Membatasi pencarian keputusan yang dini.
a. Meningkatkan open inquiry
b. Kepemimpinan yang efektif
c. Multiple group – subgroup
2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. Mengakui keterbatasan
b. Empati
c. Pertemuan ‘kesempatan kedua’
3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif
Tahap I : Kelompok harus berani menerima tantangan dengan memilih solusi yang mungkin yang terbaik.
Tahap II : Kelompok harus mencari alternative solusi dengan membuat daftar.
Tahap III : Evaluasi yang sistematik terhadap alternative – alternative pada tahap hasil yang disebut juga konsesusnya.
Tahap IV : Mengubah konesesus menjadi suatu keputusan.
Tahap V : Mematuhi keputusan yang telah diambil
Masalah - Masalah Dalam Kelompok
Mengutip tulisan dari Ibu Kiara Inata Arishanti dalam Handout Psikologi Kelompok, terdapat dua masalah yang terjadi dalam suatu kelompok yaitu ; Deindividuisasi dan Group Think, berikut saya coba jelaskan pengertiannya satu – persatu ..
Apa yang dimaksud dengan Deindividuisasi ? , Deindividuisasi adalah proses menghilangnya kesadaran individu karena melebur didalam suatu kelompok (pikiran kolektif).
PERSPEKTIF TEORITIS
1. Teori Perilaku Kolektif
Apa yang dimaksud dengan kolektif ?, kolektif adalah kumpulan individu yang lebih dari sekedar agregrat tapi juga bukan merupakan kelompok sebenarnya.
Tipe – tipe kolektif :
a. Social Agregrat : Collective Outburst (Riot, mobs, ect)
b. Collective Movement : Organisasi Politik, Kampanye Sosial, ect
Terdapat tiga teori yang melatarbelakangi teori perilaku kolektif, yaitu; Teori Konvergen, Teori Contangion dan Teori Emergent-Norm. berikut penjelasannya ..
a. Teori Konvergen : agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan den emosi situasi crowd memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
b. Teori Contangion (Penularan) : Emosi dapat ditansmisikan atau ‘ditularkan’ dari satu orang ke orang lain. Sehingga orang cenderung dapat berperilaku mirip dengan orang lain.
c. Teori Emergent Norm (Perkembangan Norma) : Teori gabungan antara teori Konvergen dan Teori Contangion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh pada norma yang relevan pada situasi tertentu.
2. Teori Deindividuasi
Kondisi
• Anonimity
• Responsibility
• Anggota Kelompok
• Arrousal
• Lain – lain (situasi baru, penggunaan obat)
Keadaan Terindividuiasasi
Lost of Self Awareness – Lost of Self Regulation
• Self Monitoring menurun
• Gagal memperhatikan norma – norma relevan
• Sedikit memakai penguat untuk mempertahankan diri.
• Gagal melakukan rencana jangka panjang
Perilaku Deindividuisasi
Emosi yang impulsive, irassional dan regresif dengan intesitas :
• Tidak dibawah kendali stimulus
• Melawan norma
• Kenikmatan meningkat
Apa saja penyebab Deindividuisasi ?, terdapat 4 penyebab yaitu ..
1. Rendahnya Indefiabilitas seseorang
2. Rasa keanggotaan dalam kelompok.
3. Ukuran kelompok – semakin besar, semakin mudah terindividuisasi
4. Kebangkitan personil – meningkatkan amarah.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Apa yang dimaksud dengan Deindividuisasi ? , Deindividuisasi adalah proses menghilangnya kesadaran individu karena melebur didalam suatu kelompok (pikiran kolektif).
PERSPEKTIF TEORITIS
1. Teori Perilaku Kolektif
Apa yang dimaksud dengan kolektif ?, kolektif adalah kumpulan individu yang lebih dari sekedar agregrat tapi juga bukan merupakan kelompok sebenarnya.
Tipe – tipe kolektif :
a. Social Agregrat : Collective Outburst (Riot, mobs, ect)
b. Collective Movement : Organisasi Politik, Kampanye Sosial, ect
Terdapat tiga teori yang melatarbelakangi teori perilaku kolektif, yaitu; Teori Konvergen, Teori Contangion dan Teori Emergent-Norm. berikut penjelasannya ..
a. Teori Konvergen : agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan den emosi situasi crowd memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
b. Teori Contangion (Penularan) : Emosi dapat ditansmisikan atau ‘ditularkan’ dari satu orang ke orang lain. Sehingga orang cenderung dapat berperilaku mirip dengan orang lain.
c. Teori Emergent Norm (Perkembangan Norma) : Teori gabungan antara teori Konvergen dan Teori Contangion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh pada norma yang relevan pada situasi tertentu.
2. Teori Deindividuasi
Kondisi
• Anonimity
• Responsibility
• Anggota Kelompok
• Arrousal
• Lain – lain (situasi baru, penggunaan obat)
Keadaan Terindividuiasasi
Lost of Self Awareness – Lost of Self Regulation
• Self Monitoring menurun
• Gagal memperhatikan norma – norma relevan
• Sedikit memakai penguat untuk mempertahankan diri.
• Gagal melakukan rencana jangka panjang
Perilaku Deindividuisasi
Emosi yang impulsive, irassional dan regresif dengan intesitas :
• Tidak dibawah kendali stimulus
• Melawan norma
• Kenikmatan meningkat
Apa saja penyebab Deindividuisasi ?, terdapat 4 penyebab yaitu ..
1. Rendahnya Indefiabilitas seseorang
2. Rasa keanggotaan dalam kelompok.
3. Ukuran kelompok – semakin besar, semakin mudah terindividuisasi
4. Kebangkitan personil – meningkatkan amarah.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Minggu, 31 Oktober 2010
PROSES DASAR DALAM KELOMPOK : Tahap Performing
Proses pembentukan kelompok yang keempat adalah, tahap performing yaitu tahap terjalinnya kerjasama antar kelompok berikut penjelasannya ..
IV. Tahap Performing : Bekerja Bersama Dalam Kelompok
Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.
a. Coaction Paradigm
Beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling berinteraksi, misalnya : Pelaksaanaan UTS disuatu kelas
b. Audience Paradigm (passive spectators)
Kehadiran oranglain justru menghambat kinerja, misalnya : menghapal pelajaran ditengah orang banyak.
Penelitian Robert Zajonc :
• Respon Dominan
Fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai.
• Respon nondominan
Fasilitasu sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai.
Sebenarnya apa penyebab fasilitasi sosial itu ?, ada tiga penyebab antara lain; adanya dorongan, kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) oranglain, distraksi (perhatian yang terpecah).
Performance dalam kelompok yang berinteraksi
Tipologi tugas dari Stainer didasarkan pada kombinasi antara :
• Jenis – jenis tugas yang dapat dibagi
• Jenis – jenis hasil yang diinginkan
• Prosedur – prosedur individu dalam member masukan
Memprediksi Performance kelompok
Klasifikasi tugas penting karena :
• Tipe – tipe tugas yang berbeda – beda memerlukan sumber daya yang berbeda pula
• Jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka pastilah akan sukses.
Tipologi tugas menurut Steiner :
1. Divisible : Subtugas dapat dibagi-bagi kepada beberapa anggota.
2. Unitary VS Divisible : Satu tugas hanya dikerjakan satu orang saja
3. Maximazing : Yang diutamakan adalah produk atau kuantitas maximal
4. Optimazing : Yang terutama adalah kinerja atau kualitas optimum
5. Additive : Adanya penambahan input individual untuk menghasilkan produk kelompok
6. Compensatory : Rata – rata penilaian individu untuk menghasilkan produk kelompok
7. Disjunctive : Kelompok harus mempunyai satu jawaban spesifik terhadap tipe masalah ya atau tidak.
8. Conjuctive : Semua anggota harus melakukan tindakan yang spesifik sebelum tugas selesai dengan sempurna
9. Discretionary : Jika anggota bebas memilih, metode mana yang disukainya dengan mengkombinasikan input individualnya.
Bagaimana kita dapat meningkatkan performance kelompok dapat dengan 3 macam proses yaitu ; proses komunikasi, proses perencanaan (strategi-strategi kinerja), prosedur-prosedur khusus.
a. Brainstorming, terdapat 4 syarat utama :
• Expressiveness : Bebas mengekspresikan apa saja yang ada dalam benak kita
• Nonevaluative : Tidak ada pendapar yang baik atau buruk, semua pendapat berharga
• Quantity : Semakin banyak ide, semakin kreatif
• Building : Ide – ide yang disampaikan seperti puzzle (ide-ide tersebut masih kasar, harus disusun dulu)
b. Nominal Group Technique (NGT)
Pemimpin memberikan permasalahan ke forum lalu ditulis di whiteboard. Setiap orang disuruh maju ke whiteboard untuk menuliskan gagasan lalu dipilih yang terbaik.
c. Delphi Technique
Pemimpin membuat kuesioner, anggota diminta mengisi kuesioner tersebut. Setelah diisi dikembalikan pada pemimpin, kemudian dikembalikan lagi pada angora, demikian terus-menerus sampai dapat ditemukan solusi terbik.
d. Synectics
Bentuk spasial dari brainstorming. Kita diminta untuk dapat berpikir lebih kreatif sehingga dapat memunculkan ide – ide yang variatif.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
IV. Tahap Performing : Bekerja Bersama Dalam Kelompok
Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.
a. Coaction Paradigm
Beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling berinteraksi, misalnya : Pelaksaanaan UTS disuatu kelas
b. Audience Paradigm (passive spectators)
Kehadiran oranglain justru menghambat kinerja, misalnya : menghapal pelajaran ditengah orang banyak.
Penelitian Robert Zajonc :
• Respon Dominan
Fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai.
• Respon nondominan
Fasilitasu sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai.
Sebenarnya apa penyebab fasilitasi sosial itu ?, ada tiga penyebab antara lain; adanya dorongan, kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) oranglain, distraksi (perhatian yang terpecah).
Performance dalam kelompok yang berinteraksi
Tipologi tugas dari Stainer didasarkan pada kombinasi antara :
• Jenis – jenis tugas yang dapat dibagi
• Jenis – jenis hasil yang diinginkan
• Prosedur – prosedur individu dalam member masukan
Memprediksi Performance kelompok
Klasifikasi tugas penting karena :
• Tipe – tipe tugas yang berbeda – beda memerlukan sumber daya yang berbeda pula
• Jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka pastilah akan sukses.
Tipologi tugas menurut Steiner :
1. Divisible : Subtugas dapat dibagi-bagi kepada beberapa anggota.
2. Unitary VS Divisible : Satu tugas hanya dikerjakan satu orang saja
3. Maximazing : Yang diutamakan adalah produk atau kuantitas maximal
4. Optimazing : Yang terutama adalah kinerja atau kualitas optimum
5. Additive : Adanya penambahan input individual untuk menghasilkan produk kelompok
6. Compensatory : Rata – rata penilaian individu untuk menghasilkan produk kelompok
7. Disjunctive : Kelompok harus mempunyai satu jawaban spesifik terhadap tipe masalah ya atau tidak.
8. Conjuctive : Semua anggota harus melakukan tindakan yang spesifik sebelum tugas selesai dengan sempurna
9. Discretionary : Jika anggota bebas memilih, metode mana yang disukainya dengan mengkombinasikan input individualnya.
Bagaimana kita dapat meningkatkan performance kelompok dapat dengan 3 macam proses yaitu ; proses komunikasi, proses perencanaan (strategi-strategi kinerja), prosedur-prosedur khusus.
a. Brainstorming, terdapat 4 syarat utama :
• Expressiveness : Bebas mengekspresikan apa saja yang ada dalam benak kita
• Nonevaluative : Tidak ada pendapar yang baik atau buruk, semua pendapat berharga
• Quantity : Semakin banyak ide, semakin kreatif
• Building : Ide – ide yang disampaikan seperti puzzle (ide-ide tersebut masih kasar, harus disusun dulu)
b. Nominal Group Technique (NGT)
Pemimpin memberikan permasalahan ke forum lalu ditulis di whiteboard. Setiap orang disuruh maju ke whiteboard untuk menuliskan gagasan lalu dipilih yang terbaik.
c. Delphi Technique
Pemimpin membuat kuesioner, anggota diminta mengisi kuesioner tersebut. Setelah diisi dikembalikan pada pemimpin, kemudian dikembalikan lagi pada angora, demikian terus-menerus sampai dapat ditemukan solusi terbik.
d. Synectics
Bentuk spasial dari brainstorming. Kita diminta untuk dapat berpikir lebih kreatif sehingga dapat memunculkan ide – ide yang variatif.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
PROSES DASAR DALAM KELOMPOK : Tahap Norming
Proses pembentukan kelompok yang ketiga adalah, tahap norming yaitu tahap pembentukkan struktur kelompok yang terdiri dari role (peran), norm (norma), interactions (hubungan antar anggota). Berikut penjelasannya ..
a. Peran (role)
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Perbedaan peran :
• Task Roles : Tugas
• Sociomemotional roles : Sosioemosi
Teori 3 dimensi peran :
a. Dominance – submission
b. Friendly – unfriendly
c. Instrumentally controlled – emotionally eupressive
Konflik peran :
• Interrole : Konflik antara 2 / lebih peran yang dijalani oleh 1 orang.
• Intrarole : Konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain.
b. Norma (norm)
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan-tindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.
c. Hubungan antar anggota
Otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
a. Peran (role)
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Perbedaan peran :
• Task Roles : Tugas
• Sociomemotional roles : Sosioemosi
Teori 3 dimensi peran :
a. Dominance – submission
b. Friendly – unfriendly
c. Instrumentally controlled – emotionally eupressive
Konflik peran :
• Interrole : Konflik antara 2 / lebih peran yang dijalani oleh 1 orang.
• Intrarole : Konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain.
b. Norma (norm)
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan-tindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.
c. Hubungan antar anggota
Otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
PROSES DASAR DALAM KELOMPOK : Tahap Storming
Proses dasar dalam kelompok selanjutnya adalah Tahap Storming yang berarti tahap konflik dalam kelompok.
2. Tahap Storming : Konflik dalam kelompok
Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok yang melibatkan kata – kata, emosi dan tindakan.
Berikut adalah tahap-tahap perkembanganh konflik ..
Disagreement – Confrotation – Escalation – Deescalation – Conflict Resolution.
A. Disagreement
• Apakah benar – benar ada atau sekedar kesalahpahaman.
• Apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri.
• Jika benar – benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional minor.
B. Confrotation
• Dua orang / lebih yang terlibat pertentangan.
C. Escalation
• Pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik.
D. Deescalation
• Berkurang atau menurunnya konflik.
• Anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat.
E. Conflict Resolution
• Tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas dengan hasilnya.
Sebenarnya apa penyebab konflik itu ?
Ada 3 penyebab konflik secara umum yaitu, Interdependence, Influence strategies, Misunderstanding / Misperception. Berikut penjelasannya ..
a. Interdependence
Sebenarnya tidak semya interdependence menyebabkan konflik, jika :
i) Ada kerjasama antar anggota dalam interdepence sehingga konflik dapat menurun.
ii) Ada kompetisi antar anggota dalam interdepence sehingga konflik meningkat.
b. Influence Strategies
Strategi – strategi untuk dapat memengaruhi oranglain, anacaman, hukuman dan negative reinforcement yang dapat meningkatkan konflik,
c. Misunderstanding dan Misperception.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
2. Tahap Storming : Konflik dalam kelompok
Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok yang melibatkan kata – kata, emosi dan tindakan.
Berikut adalah tahap-tahap perkembanganh konflik ..
Disagreement – Confrotation – Escalation – Deescalation – Conflict Resolution.
A. Disagreement
• Apakah benar – benar ada atau sekedar kesalahpahaman.
• Apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri.
• Jika benar – benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional minor.
B. Confrotation
• Dua orang / lebih yang terlibat pertentangan.
C. Escalation
• Pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik.
D. Deescalation
• Berkurang atau menurunnya konflik.
• Anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat.
E. Conflict Resolution
• Tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas dengan hasilnya.
Sebenarnya apa penyebab konflik itu ?
Ada 3 penyebab konflik secara umum yaitu, Interdependence, Influence strategies, Misunderstanding / Misperception. Berikut penjelasannya ..
a. Interdependence
Sebenarnya tidak semya interdependence menyebabkan konflik, jika :
i) Ada kerjasama antar anggota dalam interdepence sehingga konflik dapat menurun.
ii) Ada kompetisi antar anggota dalam interdepence sehingga konflik meningkat.
b. Influence Strategies
Strategi – strategi untuk dapat memengaruhi oranglain, anacaman, hukuman dan negative reinforcement yang dapat meningkatkan konflik,
c. Misunderstanding dan Misperception.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
PROSES DASAR DALAM KELOMPOK
Mengutip tulisan yang dibuat oleh Ibu Kiara Innata Arishanti, Spsi didalam Handout Psikologi Kelompok, terdapat empat tahap didalam proses dasar dalam suatu kelompok yaitu ; tahap forming, tahap storming, tahap norming dan tahap performing.
Pertama saya akan coba jabarkan tentang tahap norming ..
1. Tahap Norming
I. Pandangan Psikoanalisis
Menurut Freud, orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu,
Ada 2 proses pembentukan kelompok, yaitu :
a. Identifikasi
Energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain. Individu menjadikan oranglain (orangtua) sebagai model egonya atau disebut juga dengan Ego Ideal. Penerimaan orangtua sebagai obyek kasih sayang anak akan membentuk ikatan yang kuat kepuasan melalui sense of belonging, kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan meningkatkan self development.
b. Transferen
Bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat pemimpin kelompok sebagai figur yang otoritas sebagaimana individu menganggap orang tuanya.
II. Pandangan Sosiobologi
• Menurut pandangan ini, orang bergabung dengan kelompok untuk memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis.
• Berdasarkan teori evolusi Darwin : bergabung dengan anggota lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner dan cultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan reproduksi,
III. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
Menurut Leon Festinger, setiap orang membtuhkan oranglain karena mereka membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari oranglain. Indivoidu membandingkan diri mereka dengan oranglain tentang keyakinan, opini dan sikap mereka – apakah benar, valid dan sesuai.
IV. Pandangan Pertukaran Sosial
Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. Reward
2. Cost
Minimal principle (berusaha untuk mendapatkan reward yang sebesar-besarnya dan mengurangi biaya yang sekecil-kecilnya).
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Pertama saya akan coba jabarkan tentang tahap norming ..
1. Tahap Norming
I. Pandangan Psikoanalisis
Menurut Freud, orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu,
Ada 2 proses pembentukan kelompok, yaitu :
a. Identifikasi
Energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain. Individu menjadikan oranglain (orangtua) sebagai model egonya atau disebut juga dengan Ego Ideal. Penerimaan orangtua sebagai obyek kasih sayang anak akan membentuk ikatan yang kuat kepuasan melalui sense of belonging, kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan meningkatkan self development.
b. Transferen
Bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat pemimpin kelompok sebagai figur yang otoritas sebagaimana individu menganggap orang tuanya.
II. Pandangan Sosiobologi
• Menurut pandangan ini, orang bergabung dengan kelompok untuk memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis.
• Berdasarkan teori evolusi Darwin : bergabung dengan anggota lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner dan cultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan reproduksi,
III. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
Menurut Leon Festinger, setiap orang membtuhkan oranglain karena mereka membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari oranglain. Indivoidu membandingkan diri mereka dengan oranglain tentang keyakinan, opini dan sikap mereka – apakah benar, valid dan sesuai.
IV. Pandangan Pertukaran Sosial
Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. Reward
2. Cost
Minimal principle (berusaha untuk mendapatkan reward yang sebesar-besarnya dan mengurangi biaya yang sekecil-kecilnya).
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Minggu, 24 Oktober 2010
Individu Dalam Massa
• Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan irasional, menurut secara membabi buta pada pemimpin.
• Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan – agresi.
Teori Frustasi-agresi dari Fuller-Miller mengemukakan bahwa,
• Agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa.
• Kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis secara ringan sehingga pertimbangan kritis akan hilang.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
• Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan – agresi.
Teori Frustasi-agresi dari Fuller-Miller mengemukakan bahwa,
• Agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa.
• Kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis secara ringan sehingga pertimbangan kritis akan hilang.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Sabtu, 23 Oktober 2010
Proses Dinamika Gerakan Massa
Ada empat tahap proses dinamika Gerakan Massa yaitu,
Pemusatan perhatian – Penciptaan suasana kebersamaan – Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa – Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Pemusatan perhatian – Penciptaan suasana kebersamaan – Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa – Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
PENYEBAB GERAKAN MASSA
Sebenarnya apa yang menyebabkan Gerakan Massa itu ?. Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang pada dasarnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan dengan baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan, terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.
Salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Freud bahwa stuktur pribadi manusia terdiri dari 3 bagian yaitu das es atau ID yaitu berupa dorongan-dorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau EGO, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau SUPEREGO, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baikburuk.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman-pedoman yang membatasi gerakan ataupun perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari bawah dasar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan merupakan suatu pertanda yang tidak cukup baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, salah satu bentuk adalah keadaan didalam massa.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Freud bahwa stuktur pribadi manusia terdiri dari 3 bagian yaitu das es atau ID yaitu berupa dorongan-dorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau EGO, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau SUPEREGO, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baikburuk.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman-pedoman yang membatasi gerakan ataupun perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari bawah dasar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan merupakan suatu pertanda yang tidak cukup baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, salah satu bentuk adalah keadaan didalam massa.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Tiga Jenis Gerakan Massa
Ada tiga jenis Gerakan Massa (Danzigers) antara lain ..
1. Gerakan Massa Progresif
Merombak norma lama, membentuk norma baru.
2. Gerakan Massa Status Quo
Mempertahankan norma lama (konservatif).
3. Gerakan Massa Reaksioner
Orang yang bersikap untung-untungan.
Lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak dirugikan.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
1. Gerakan Massa Progresif
Merombak norma lama, membentuk norma baru.
2. Gerakan Massa Status Quo
Mempertahankan norma lama (konservatif).
3. Gerakan Massa Reaksioner
Orang yang bersikap untung-untungan.
Lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak dirugikan.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
MASSA AKTIF dan MASSA PASIF
Massa aktif yang disebut dengan mob terbentuk karena telah adanya tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal,dsb. Menurut Mc Laughlin, paling tidak ada 3 kondisi yang melatarbelakanbgi, yaitu :
• Adanya problem yang cukup serius
• Upaya penyelesaian problem yang tertunda
• Adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus diselesaikan
Faktor – faktor yang meyebabkan massa aktif :
• Perasaan tidak puas
Bertukar pikiran – Ide baru – Perbuatan yang selalu diulang – Jika sudah matang ‘massa’.
• Tekanan jiwa masyarakat
- Memuncak dan meledak
Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orang-orang yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton sepakbola,dll.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
• Adanya problem yang cukup serius
• Upaya penyelesaian problem yang tertunda
• Adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus diselesaikan
Faktor – faktor yang meyebabkan massa aktif :
• Perasaan tidak puas
Bertukar pikiran – Ide baru – Perbuatan yang selalu diulang – Jika sudah matang ‘massa’.
• Tekanan jiwa masyarakat
- Memuncak dan meledak
Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orang-orang yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton sepakbola,dll.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
MASSA ABSTRAK dan MASSA KONKRIT
Apa yang dimaksud dengan Massa Abstrak dan Massa Konkrit ?
Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif, dan tujuan.
Alasan timbul :
• Ada Kejadian Menarik
• Individu mendapat ancaman
• Kebutuhan tidak terpenuhi
Massa Konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri :
• Adanya kesatuan pikiran dan sikap
• Adanya ikatan batin dan persamaan norma
• Adanya struktur jelas
• Bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas
Perbedaannya antara Massa Abstrak dan Massa Konkrit adalah Massa Abstrak memiliki ego pribadi sedangkan Massa konkrit memiliki ego massa. Perbedaan selanjutnya adalah Massa Abstrak dapat tercermin dai diri pemimpinnya. Sedangkan, Massa konkrit kepentingannya masih kritis dan masih konkrit.
Massa Abstrak dan Masa Konkrit juga memiliki hubungan satu sama lain dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi massa konkrit dan sebaliknya massa konkrit dapat berubah menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya massa abstrak bubar tanpa adanya bekas.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif, dan tujuan.
Alasan timbul :
• Ada Kejadian Menarik
• Individu mendapat ancaman
• Kebutuhan tidak terpenuhi
Massa Konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri :
• Adanya kesatuan pikiran dan sikap
• Adanya ikatan batin dan persamaan norma
• Adanya struktur jelas
• Bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas
Perbedaannya antara Massa Abstrak dan Massa Konkrit adalah Massa Abstrak memiliki ego pribadi sedangkan Massa konkrit memiliki ego massa. Perbedaan selanjutnya adalah Massa Abstrak dapat tercermin dai diri pemimpinnya. Sedangkan, Massa konkrit kepentingannya masih kritis dan masih konkrit.
Massa Abstrak dan Masa Konkrit juga memiliki hubungan satu sama lain dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi massa konkrit dan sebaliknya massa konkrit dapat berubah menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya massa abstrak bubar tanpa adanya bekas.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Defenisi Psikologi Massa
Massa ?
Massa adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara.
Apa yang dimaksud dengan Psikologi Massa ?
Menurut Kamus Lengkap Psikologi, Psikologi Massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar sekali.
Menurut Chaplin.1972 Psikologi Massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku manusia dalam loosely organized group.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Massa adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara.
Apa yang dimaksud dengan Psikologi Massa ?
Menurut Kamus Lengkap Psikologi, Psikologi Massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar sekali.
Menurut Chaplin.1972 Psikologi Massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku manusia dalam loosely organized group.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Minggu, 17 Oktober 2010
Keuntungan masuk kelompok
Mengutip tulisan dari Handout Psikologi Kelompok tulisan Ibu Klara Innata, Spsi. Terdapat beberapa keuntungan masuk kelompok yaitu ;
1. Social Interaction
Adanya hubungan interaksi sosial yang terjadi didalam suatu kelompok.
2. Social Support
• Social Approval
• Belief Confirmation
Persetujuan dari lingkungan apa yang dilakukan seorang individu mendapat persetujuan dari kelompoknya.
3. Group Member Characteristic
• Competence
• Physical Attractiveness
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
1. Social Interaction
Adanya hubungan interaksi sosial yang terjadi didalam suatu kelompok.
2. Social Support
• Social Approval
• Belief Confirmation
Persetujuan dari lingkungan apa yang dilakukan seorang individu mendapat persetujuan dari kelompoknya.
3. Group Member Characteristic
• Competence
• Physical Attractiveness
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Kerugian Masuk Kelompok
Mengutip tulisan dari Handout Psikologi Kelompok tulisan Ibu Klara Innata, Spsi. Terdapat beberapa kerugian masuk kelompok yaitu ;
1. Primary Tension
2. Personal Investments – cth; adanya uang pendaftaran, terbuangnya waktu, terkurasnya tenaga, dll.
3. Social Rejection
4. Interference (Adanya campur tangan orang lain)
5. Reactance
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
1. Primary Tension
2. Personal Investments – cth; adanya uang pendaftaran, terbuangnya waktu, terkurasnya tenaga, dll.
3. Social Rejection
4. Interference (Adanya campur tangan orang lain)
5. Reactance
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Jenis – Jenis Kelompok
Mengutip tulisan dari Handout Psikologi Kelompok tulisan Ibu Klara Innata, Spsi. Terdapat beberapa keuntungan masuk kelompok yaitu ;
1. Social Interaction
Adanya hubungan interaksi sosial yang terjadi didalam suatu kelompok.
2. Social Support
• Social Approval
• Belief Confirmation
Persetujuan dari lingkungan apa yang dilakukan seorang individu mendapat persetujuan dari kelompoknya.
3. Group Member Characteristic
• Competence
• Physical Attractiveness
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
1. Social Interaction
Adanya hubungan interaksi sosial yang terjadi didalam suatu kelompok.
2. Social Support
• Social Approval
• Belief Confirmation
Persetujuan dari lingkungan apa yang dilakukan seorang individu mendapat persetujuan dari kelompoknya.
3. Group Member Characteristic
• Competence
• Physical Attractiveness
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Mengapa orang masuk dalam kelompok ?
Mengutip dari Handout Psikologi Kelompok dari Ibu Klara Innata, Spsi. Terdapat tiga pandangan alasan seorang individu masuk kedalam suatu kelompok.
Menurut Forsyth :
1. Pemuasan dari kebutuhan – kebutuhan psikologis. (misal: kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta).
2. Karena dapat meningkatkan ketahanan yang adaptif.
3. Karena individu tersebut membutuhkan informasi.
Menurut Shaw :
1. Adanya ketertarikan interpersonal.
2. Adanya aktifitas kelompok.
3. Adanya tujuan kelompok yang sesuai.
4. Adanya keanggotaan kelompok.
5. Efek instrumental dari keanggotaan kelompok (adanya kemudahan-kemudahan yang didapat dalam sebuah kelompok)
Menurut Robbins :
1. Membuat rasa aman ketika berada didalam kelompok.
2. Adanya status yang didapat dari kelompok.
3. Penghargaan diri.
4. Terbentuknya keterikatan didalam kelompok
5. Adanya kekuasaan yang didapat dari kelompok.
6. Pencapaian tujuan.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Menurut Forsyth :
1. Pemuasan dari kebutuhan – kebutuhan psikologis. (misal: kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta).
2. Karena dapat meningkatkan ketahanan yang adaptif.
3. Karena individu tersebut membutuhkan informasi.
Menurut Shaw :
1. Adanya ketertarikan interpersonal.
2. Adanya aktifitas kelompok.
3. Adanya tujuan kelompok yang sesuai.
4. Adanya keanggotaan kelompok.
5. Efek instrumental dari keanggotaan kelompok (adanya kemudahan-kemudahan yang didapat dalam sebuah kelompok)
Menurut Robbins :
1. Membuat rasa aman ketika berada didalam kelompok.
2. Adanya status yang didapat dari kelompok.
3. Penghargaan diri.
4. Terbentuknya keterikatan didalam kelompok
5. Adanya kekuasaan yang didapat dari kelompok.
6. Pencapaian tujuan.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Jenis – Jenis Kelompok
Mengutip tulisan dari Handout Psikologi Kelompok tulisan Ibu Klara Innata, Spsi. Terdapat 4 jenis kelompok secara umum.
1. Dyad : Suatu kelompok yang terdiri dari dua orang.
Cth : Pasangan suami – istri.
2. Kelompok kecil : Suatu kelompok primer dimana terjadi komunikasi secara langsung atau face
to face. Kelompok ini saling tergantung satu sama lain dan terdapat suatu identitas kelompok yang kuat.
Cth : Suatu Keluarga.
3. Organisasi : Sekelompok orang yang memiliki visi, misi dan tujuan yang sama dan memiliki
susunan struktur yang jelas.
Cth : Susunan staff kantor.
4. Massa : Sekelompok orang yang memiliki visi dan misi yang sifatnya temporer,
mempunyai tujuan yang sama dan tidak memiliki struktur yang jelas.
Cth : Massa Pengunjuk Rasa.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
1. Dyad : Suatu kelompok yang terdiri dari dua orang.
Cth : Pasangan suami – istri.
2. Kelompok kecil : Suatu kelompok primer dimana terjadi komunikasi secara langsung atau face
to face. Kelompok ini saling tergantung satu sama lain dan terdapat suatu identitas kelompok yang kuat.
Cth : Suatu Keluarga.
3. Organisasi : Sekelompok orang yang memiliki visi, misi dan tujuan yang sama dan memiliki
susunan struktur yang jelas.
Cth : Susunan staff kantor.
4. Massa : Sekelompok orang yang memiliki visi dan misi yang sifatnya temporer,
mempunyai tujuan yang sama dan tidak memiliki struktur yang jelas.
Cth : Massa Pengunjuk Rasa.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Minggu, 10 Oktober 2010
FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation)
Mengutip Handout Psikologi Kelompok yang ditulis oleh Teori 3 dimensi hubungan interpersonal dari William C Schultz, yaitu :
1. Need Of Inclusion (perasaan sebagai anggota dari suatu kelompok)
Undersocial
Social
Oversocial
2. Need Of Control
Abdicat
Democrat
Autocrat
3. Need Of Affection
Underpersonal
Personal
Overpersonal
JENIS – JENIS KELOMPOK
1. Dyad suatu kelompok yang terdiri dari dua orang.
2. Kelompok Kecil yaitu suatu kelompok primer dimana terjadi face to face, saling tergantung, ada identitas kelompok yang sangat kuat.
3. Organisasi yaitu suatu sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan struktur yang sangat jelas.
4. Massa yaitu sifat yang temporer, mempunyai tujuan yang sama, dan tidak berstruktur.
1. Need Of Inclusion (perasaan sebagai anggota dari suatu kelompok)
Undersocial
Social
Oversocial
2. Need Of Control
Abdicat
Democrat
Autocrat
3. Need Of Affection
Underpersonal
Personal
Overpersonal
JENIS – JENIS KELOMPOK
1. Dyad suatu kelompok yang terdiri dari dua orang.
2. Kelompok Kecil yaitu suatu kelompok primer dimana terjadi face to face, saling tergantung, ada identitas kelompok yang sangat kuat.
3. Organisasi yaitu suatu sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan struktur yang sangat jelas.
4. Massa yaitu sifat yang temporer, mempunyai tujuan yang sama, dan tidak berstruktur.
Sabtu, 09 Oktober 2010
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Kelompok
Mengutip tulisan yang ditulis oleh Ibu Klara Innata. Spsi didalam tulisannya di Handout Psikologi Kelompok terdapat dua macam faktor yang mempengaruhi efektifitas kelompok ..
a. Faktor Situasional : Karakteristik Kelompok
1) Ukuran Kelompok : Kelompok yang dapat berfungsi secara efektif lebih baik terdiri dari 5 orang saja menurut Hare, 1952.
2) Jaringan Komunikasi yang efektif sebaiknya berbentuk roda, rantai. Y, lingkaran, dan bintang.
3) Kohesifitas Kelompok yaitu suatu kekuatan yang mendorong tiap – tiap anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins & Raven, 1964).
Menurut Mcdavid & Harori (1964), kohesi kelompok diukur dari :
• Ketertarikan satu sama lain secara interpersonal.
• Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok.
• Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas kebutuhan anggotanya.
4) Kepemimpinan yaitu komunikasi yang secara postif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright, 1980)
b. Faktor Personal : Karakteristik Anggota Kelompok
Menurut (Cragan & Wright) ada dua dimensi interpersonal, yaitu :
1) Proses Interpersonal antara lain mencakup; Keterbukaan, percaya dan simpati.
2) Kebutuhan Interpersonal menurut William C Schultz (FIRO) antara lain mencakup; inklusi, kontrol dan afeksi.
a. Faktor Situasional : Karakteristik Kelompok
1) Ukuran Kelompok : Kelompok yang dapat berfungsi secara efektif lebih baik terdiri dari 5 orang saja menurut Hare, 1952.
2) Jaringan Komunikasi yang efektif sebaiknya berbentuk roda, rantai. Y, lingkaran, dan bintang.
3) Kohesifitas Kelompok yaitu suatu kekuatan yang mendorong tiap – tiap anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins & Raven, 1964).
Menurut Mcdavid & Harori (1964), kohesi kelompok diukur dari :
• Ketertarikan satu sama lain secara interpersonal.
• Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok.
• Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas kebutuhan anggotanya.
4) Kepemimpinan yaitu komunikasi yang secara postif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright, 1980)
b. Faktor Personal : Karakteristik Anggota Kelompok
Menurut (Cragan & Wright) ada dua dimensi interpersonal, yaitu :
1) Proses Interpersonal antara lain mencakup; Keterbukaan, percaya dan simpati.
2) Kebutuhan Interpersonal menurut William C Schultz (FIRO) antara lain mencakup; inklusi, kontrol dan afeksi.
Karakteristik Kelompok
Karakteristik Kelompok sesuai dengan Handout Psikologi Kelompok yang ditulis oleh Ibu Klara Innata. Spsi dipengaruhi oleh 5 macam faktor antara lain ..
a. Interaksi antara lain mencakup interaksi fisik, interaksi verbal, interaksi nonverbal dan interaksi emosional.
b. Struktur yaitu suatu pola hubungan yang stabil yang terjadi antar anggota.
Role yang telah diharapkan dan sesorang yang telah menduduki
Norma yaitu suatu aturan yang mengidentifikasi atau mendeskiripsikan tentang suatu perilaku dengan tepat.
Relasi atau hubungan antar anggota.
c. Tujuan
Instrinsik (tujuan individual)
Ekstrinsik (tujuan bersama)
Faktor pemersatu paling kuat.
Dapat memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan dapat tercapai.
d. Groupness yang disebut juga dengan Entitavity (kesatuan) yang dimaksud dengan tingkatan dimana kesatuan kekuatan tunggal menjadi satu.
e. Ketergantungan dinamis.
a. Interaksi antara lain mencakup interaksi fisik, interaksi verbal, interaksi nonverbal dan interaksi emosional.
b. Struktur yaitu suatu pola hubungan yang stabil yang terjadi antar anggota.
Role yang telah diharapkan dan sesorang yang telah menduduki
Norma yaitu suatu aturan yang mengidentifikasi atau mendeskiripsikan tentang suatu perilaku dengan tepat.
Relasi atau hubungan antar anggota.
c. Tujuan
Instrinsik (tujuan individual)
Ekstrinsik (tujuan bersama)
Faktor pemersatu paling kuat.
Dapat memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan dapat tercapai.
d. Groupness yang disebut juga dengan Entitavity (kesatuan) yang dimaksud dengan tingkatan dimana kesatuan kekuatan tunggal menjadi satu.
e. Ketergantungan dinamis.
Pendekatan Terhadap Studi Tentang Kelompok
Menurut Ibu Klara Innata. Spsi didalm tulisan beliau dalam Handout Psikologi Kelompok, Pendekatan terhadap studi tentang kelompok dipengaruhi oleh 2 macam teori yaitu, Teori Sintalitas Kelompok dan Teori Prestasi. Berikut akan saya jelaskan apa yang dimaksud dengan Teori Sintalitas Kelompok dan Teori Prestasi ..
• Teori Sintalitas Kelompok (Catell, 1948, 1951)
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Sintalitas itu ?, Sintalitas adalah kepribadian suatu kelompok yang dibentuk dari kebersamaan, dinamika, temperamen dan kemampuan kelompok.
Dimensi Kelompok dalam Teori Sintalitas Kelompok dipengaruhi oleh 3 macam sifat – sifat yaitu..
a. Sifat – sifat Sintalitas yaitu pengaruh adanya kelompok sebagai suatu keseluruhan terhadap kelompok lain dan lingkungannya.
b. Sifat – sifat struktur kelompok yaitu hubungan yang terjadi antara anggota kelompok, perilaku kelompok dan pola organisasi kelompok.
Sifat – sifat populasi yaitu sifat – sifat yang menjadi sifat rata-rata anggota kelompok
Dinamika Sintalitas dalam Teori Sintalitas Kelompok juga dipengaruhi oleh 2 faktor penting yaitu..
a. Eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya.
b. Kelompok-kelompok biasanya saling overlapping, apa yang dimaksud dengan Overlapping ? (…)
• Teori Prestasi / Produktivitas Kelompok (Stoqdill,1956)
Teori Prestasi atau disebut juga dengan Teori Produktivitas kelompok dikembangkan dari 3 teori yang berbeda orientasi yaitu ..
a. Orientasi Penguat yaitu teori – teori tentang belajar.
b. Orientasi Lapangan yaitu teori – teori tentang interaksi.
c. Orientasi Kognitif yaitu teori – teori tentang harapan.
Teori Prestasi atau Teori Produktivitas Kelompok juga dipengaruhi oleh 3 macam factor yaitu..
a. Input dari Anggota yang terdiri dari : Interaksi, Performance dan Harapan (Kesediaan untuk
mendapatkan Penghargaan).
b. Variable Media yang terdiri dari : Fungsi struktur moral, Status struktur formal, Tanggung jawab struktur peran dan otoritas struktur peran.
c. Output (prestasi) yang terdiri dari : Produktivitas, Moril, dan Integrasi.
• Teori Sintalitas Kelompok (Catell, 1948, 1951)
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Sintalitas itu ?, Sintalitas adalah kepribadian suatu kelompok yang dibentuk dari kebersamaan, dinamika, temperamen dan kemampuan kelompok.
Dimensi Kelompok dalam Teori Sintalitas Kelompok dipengaruhi oleh 3 macam sifat – sifat yaitu..
a. Sifat – sifat Sintalitas yaitu pengaruh adanya kelompok sebagai suatu keseluruhan terhadap kelompok lain dan lingkungannya.
b. Sifat – sifat struktur kelompok yaitu hubungan yang terjadi antara anggota kelompok, perilaku kelompok dan pola organisasi kelompok.
Sifat – sifat populasi yaitu sifat – sifat yang menjadi sifat rata-rata anggota kelompok
Dinamika Sintalitas dalam Teori Sintalitas Kelompok juga dipengaruhi oleh 2 faktor penting yaitu..
a. Eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya.
b. Kelompok-kelompok biasanya saling overlapping, apa yang dimaksud dengan Overlapping ? (…)
• Teori Prestasi / Produktivitas Kelompok (Stoqdill,1956)
Teori Prestasi atau disebut juga dengan Teori Produktivitas kelompok dikembangkan dari 3 teori yang berbeda orientasi yaitu ..
a. Orientasi Penguat yaitu teori – teori tentang belajar.
b. Orientasi Lapangan yaitu teori – teori tentang interaksi.
c. Orientasi Kognitif yaitu teori – teori tentang harapan.
Teori Prestasi atau Teori Produktivitas Kelompok juga dipengaruhi oleh 3 macam factor yaitu..
a. Input dari Anggota yang terdiri dari : Interaksi, Performance dan Harapan (Kesediaan untuk
mendapatkan Penghargaan).
b. Variable Media yang terdiri dari : Fungsi struktur moral, Status struktur formal, Tanggung jawab struktur peran dan otoritas struktur peran.
c. Output (prestasi) yang terdiri dari : Produktivitas, Moril, dan Integrasi.
Sabtu, 02 Oktober 2010
Jenis – jenis Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Terdapat 4 Jenis Kelompok Sosial antara lain :
Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi hubungan interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.
Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Terdapat 4 Jenis Kelompok Sosial antara lain :
Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi hubungan interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.
Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Dinamika Kelompok
Mengutip tulisan Ibu Klara Innata, Spsi didalam Handout Psikologi Kelompok, Tokoh yang mempopulerkanh istilah Dinamika Kelompok adalah Kurt Lewin, yaitu mengacu pada apa yang terjadi didalam situasi suatu kelompok. Lewin merupakan penganut Psikologi Gestalt menurutnya kelompok merupakan suatu Gestalt, yaitu sebuah konfigurasi yang mempunyai system kesatuan yang tidak dapat dipahami jika hanya merupakan suatu satuan.
B = f (P.E)
f : function
P : Personal
E : environment
Perilaku kelompok dapat dilihar dari interaksi karakter personal dan interaksi faktor – faktor lingkungan.
Menurut Kurt Lewin, syarat dinamika kelompok ada 3, yaitu :
1. Berawal dari level kelompok – level individu.
2. Fokus pada variable – variable yang ada saat ini.
3. Mewakili kekuatan yang ada dalam situasi kelompok.
Sedangkan, menurut Cartwright dan Zander (1968) dinamika kelompok merupakan bidang penelitian yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kelaziman kelompok, hukum – hukum perkembangan dan hubungan dengan individu, kelompok lain dan institusi yang lebih besar.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
B = f (P.E)
f : function
P : Personal
E : environment
Perilaku kelompok dapat dilihar dari interaksi karakter personal dan interaksi faktor – faktor lingkungan.
Menurut Kurt Lewin, syarat dinamika kelompok ada 3, yaitu :
1. Berawal dari level kelompok – level individu.
2. Fokus pada variable – variable yang ada saat ini.
3. Mewakili kekuatan yang ada dalam situasi kelompok.
Sedangkan, menurut Cartwright dan Zander (1968) dinamika kelompok merupakan bidang penelitian yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kelaziman kelompok, hukum – hukum perkembangan dan hubungan dengan individu, kelompok lain dan institusi yang lebih besar.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Orientasi Teoritis dalam Dinamika Kelompok
Menurut Ibu Klara Innata Arishanti, S.Psi didalam Handout Psikologi Kelompok, Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh :
1. Tujuan - mudah dimengerti oleh anggota kelompok, relevan dengan
kebutuhan anggota, mengisyaratkan saling ketergantungan dan
membangkitkan komitmen tingkat tinggi dari anggota untuk mencapaoinya.
2. Anggota harus mengkomunikasikan ide - ide dan perasaan.
3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota
- Tanggung jawab.
- Semua orang terlibat dalam pekerjaan kelompok, setia terhadap kebutuhan kelompok dan puas terhadap keanggotaanya.
- Sumber daya (potensi anggota dimanfaatkan).
- Meningkatkan kohesivitas kelompok.
4. Prosedur pengambilan keputusan - tepat dan fleksibel.
5. Kekuasaan dan pengaruh - keahlian kemampuan.
6. Konflik - kontroversi ide / opini.
Pemicu : Kebutuhan, Kelangkaan sumber daya (uang, kekuatan),
Persaingan.
Cara mengatasinya :
- Harus bernegosiasi (sama - sama puas dan tidak memperlemah).
- Kerjasama.
- Saling ketergantungan.
7. Kohesivitas meningkat
- Saling menyukai.
- Ingin terus menjadi anggota kelompok.
- Puas terhadap keanggotaan.
- Tingkat penerimaan, dukungannya dan kepercayaan meningkat
8. Kemampuan memecahkan masalah
- Merasakan adanya masalah.
- Mencari dan menetapkan solusi.
- Mengevaluasi efektivitas solusi.
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok.
Universitas Gunadarma : Depok
Fungsi - fungsi dari Dinamika Kelompok
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain :
- Membentuk suatu kerjasama yang saling menguntungkan didalam mengatasi persoalan – persoalan .
- Memudahkan pekerjaan.
- Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga dapat selesai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian.
- Menciptakan suasana demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, saling berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.
REFERENSI : www.wikipedia.co.id
Apa yang dimaksud dengan Dinamika Kelompok ?
Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berarti suatu interaksi atau interdependensi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan memiliki tujuan yang ingin dicapai bersama – sama.
Berarti kita dapat menarik kesimpulan yang dimaksud dengan Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan yang berkaitan satu sama lain antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
REFERENSI : www.wikipedia.co.id
Langganan:
Postingan (Atom)